Pasuruan (Pena realitas) – Di tengah isu global mengenai limbah dan keberlanjutan, sebuah usaha kecil di Pasuruan, Jawa Timur, menunjukkan bahwa kreativitas lokal mampu menjadi solusi nyata bagi lingkungan. Usaha tersebut bernama Duta Ban, sebuah UMKM yang sudah berdiri lebih dari 40 tahun dan konsisten memanfaatkan ban bekas untuk diolah menjadi produk fungsional maupun artistik.
Produk yang
dihasilkan sangat beragam, mulai dari tempat sampah, kursi outdoor, pot bunga,
polisi tidur, sandal karet, hingga pelindung bodi mobil. Dengan memadukan
keterampilan tangan, ketekunan, dan inovasi, Duta Ban telah membuktikan bahwa
barang yang kerap dianggap limbah ternyata bisa memiliki nilai tambah tinggi
sekaligus ramah lingkungan.
Daur Ulang
Ban: Dari Limbah Menjadi Produk Bernilai Seni
Proses produksi di Duta Ban masih sepenuhnya handmade. Para pekerja menggunakan alat-alat sederhana seperti arit, pisau, sesetan, dan paku untuk membentuk ban menjadi produk baru. Salah satu produk andalannya adalah tempat sampah dari ban bekas, yang dibuat dengan cara memotong ban utuh menjadi dua bagian.
Dalam sehari, satu pekerja mampu memproduksi 6 hingga 10 tempat sampah, bergantung pada ukuran dan jenis ban. Aktivitas produksi ini dilakukan setiap hari, kecuali Minggu, tanpa meninggalkan ciri khas manual yang sudah melekat sejak awal berdiri.
Bagi pengelola
Duta Ban, nilai utama yang ingin dijaga bukan hanya aspek bisnis, tetapi juga
filosofi di baliknya.
“Kami bangga
menjadi salah satu usaha lokal Pasuruan yang tetap mempertahankan nilai-nilai
handmade, ramah lingkungan, dan terus berinovasi dalam mengolah ban bekas
menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai seni,” ujar pengelola Duta Ban.
Tantangan di
Era Digital
Meskipun
memiliki potensi besar, Duta Ban menghadapi kendala dalam hal pemasaran.
Seperti banyak UMKM tradisional lainnya, keterbatasan dalam mengakses teknologi
digital membuat produk-produk Duta Ban kurang dikenal secara luas. Selama ini,
penjualan hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut serta jaringan
pelanggan lama.
Di sinilah peran
mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNIWARA Gentong masuk sebagai motor
perubahan. Melalui program pengabdian masyarakat, mahasiswa hadir untuk
mendampingi proses transformasi digital yang menjadi kebutuhan mendesak bagi
UMKM di era modern.
Kolaborasi
Mahasiswa KKN UNIWARA Gentong: Dari Offline ke Online
Langkah-langkah
konkret yang dilakukan mahasiswa KKN UNIWARA Gentong dalam mendampingi digitalisasi
Duta Ban diwujudkan melalui kegiatan yang terstruktur. Salah satu bentuk
pendampingan adalah pembuatan website resmi Duta Ban yang menampilkan profil
usaha, sejarah, serta katalog produk daur ulang ban secara lengkap. Tidak hanya
itu, mahasiswa juga menyusun konten katalog digital berisi detail produk, mulai
dari tong sampah, sandal karet, kursi, hingga pot bunga, yang dilengkapi dengan
foto dan deskripsi sehingga lebih menarik dan informatif.
Selain pembuatan dan penyusunan konten, mahasiswa juga memberikan pelatihan dasar penggunaan website agar pengelola usaha dapat menambah atau memperbarui informasi secara mandiri. Lebih lanjut, pendampingan strategi pemasaran digital turut dilakukan dengan memanfaatkan website sebagai sarana promosi utama sekaligus rujukan pelanggan, sehingga Duta Ban dapat lebih mudah dikenal masyarakat luas dan memiliki daya saing yang lebih kuat di era digital.
Kolaborasi ini
tidak hanya memberikan pengalaman lapangan bagi mahasiswa, namun juga memberi
dampak langsung pada keberlanjutan dan pertumbuhan UMKM lokal.
Dampak
Positif: UMKM Lokal Naik Kelas
Kolaborasi ini
membuktikan bahwa transformasi digital tidak hanya berlaku bagi perusahaan
besar, tetapi juga dapat diterapkan pada usaha kecil berbasis lokal. Melalui
strategi digitalisasi, Duta Ban kini memiliki peluang untuk memperluas pasar
hingga ke tingkat nasional, meningkatkan daya saing produk daur ulang dengan
UMKM lain, memperkuat branding sebagai usaha ramah lingkungan, sekaligus
membuka kesempatan peningkatan pendapatan melalui jalur distribusi yang lebih
variatif.
Lebih dari itu,
kerjasama mahasiswa KKN UNIWARA Gentong dengan Duta Ban juga menjadi bentuk
nyata sinergi antara dunia akademik dan masyarakat. Mahasiswa belajar langsung
mengenai tantangan UMKM, sementara pengusaha lokal mendapat manfaat dari
ide-ide segar dan teknologi yang dibawa generasi muda.
Inspirasi
untuk UMKM Lain
Kisah Duta Ban menjadi contoh inspiratif bahwa usaha berbasis daur ulang dan keberlanjutan memiliki peluang cerah di era digital. Dengan kombinasi kearifan lokal, keterampilan tradisional, serta strategi pemasaran modern, produk yang lahir dari limbah bisa memiliki daya tarik tersendiri di mata konsumen.
Kolaborasi ini juga menegaskan bahwa inovasi dan keberlanjutan bukanlah hal yang terpisah, melainkan bisa berjalan beriringan. Dengan dukungan yang tepat, UMKM kecil sekalipun bisa naik kelas dan bersaing di pasar modern.
0 Komentar