Pasuruan, (Pena realitas) - Harassment Crisis Center (HCC) Pasuruan melayangkan kecaman keras terhadap pernyataan Menteri Agama (Menag) yang mengklaim bahwa laporan mengenai kekerasan seksual di lingkungan pesantren banyak "dibesar-besarkan media". HCC menilai pernyataan tersebut adalah bentuk ketidakpekaan mendalam yang dapat merugikan korban anak-anak.
Mila, selaku Badan Pendidikan HCC Pasuruan, menegaskan bahwa sikap Kemenag tersebut merupakan cerminan pengabaian terhadap realitas korban yang seharusnya dilindungi.
"Pernyataan Kemenag yang menyebut bahwa laporan mengenai kekerasan seksual di pesantren banyak yang ‘dibesar-besarkan media’ bukanlah sekadar salah langkah retorika. Pernyataan itu mencerminkan ketidakpekaan yang mendalam terhadap realitas korban anak-anak yang seharusnya dilindungi, namun justru diabaikan," tegas Mila dalam keterangan resminya, Kamis (13/11/2025).
Menurut Mila, Kemenag sebagai institusi yang bertanggung jawab atas pendidikan dan moral di lingkungan pesantren seharusnya menjadi pelindung utama martabat setiap santri. Namun, tindakan meragukan laporan korban justru membuat mereka semakin terisolasi.
"Ketika pihak yang seharusnya menjadi pelindung justru meragukan dan meremehkan laporan kekerasan, maka korban menjadi semakin terisolasi. Dengan menyatakan ‘media yang membesar-besarkan’, Kemenag secara implisit menyampaikan dua hal berbahaya: bahwa yang melaporkan adalah sumber gangguan, bukan korban; dan bahwa tafsir resmi menyatakan tingkat kekerasan tidak seperti yang dilaporkan," jelasnya.
Mila menekankan bahwa isu kekerasan seksual bukanlah masalah kuantitas yang bisa diperkecil atau diperbesar angkanya. Ini adalah isu kemanusiaan mengenai rasa aman yang dicuri, masa kecil yang hilang, dan trauma jangka panjang.
"Meminta media atau korban ‘tak menyebar kabar yang dibesar-besarkan’ sama artinya dengan meminta korban diam. Narasi bahwa ‘masalahnya dibesar-besarkan media’ harus dihentikan dan dimulailah narasi bahwa ‘anak-anak kita telah cukup lama dirugikan’," serunya.
"Ketika lembaga tertinggi yang seharusnya melindungi mulai meremehkan, maka siapa yang akan berbicara untuk mereka?" tutup Mila.
Penulis : Khamidah Nur Mila Santi

0 Komentar