Ticker

6/recent/ticker-posts

Pilih Ijazah, Bukan Buku Nikah: Gema Deklarasi Stop Pernikahan Dini Menggema di Desa Jatirejo

Dokumentasi Kegiatan

PASURUAN (PenaRealitas) – Suara puluhan warga, dari remaja hingga orang tua, menggema serentak di Balai Desa Jatirejo, Kecamatan Lekok pada Sabtu (09/08/2025). Mereka tidak sedang berorasi, melainkan menyatukan tekad dalam sebuah deklarasi simbolis: “Jatirejo Bergerak: Pilih Pendidikan Bukan Pernikahan Dini.” Momen ini menjadi puncak dari talkshow edukatif yang memantik kesadaran akan bahaya pernikahan di usia anak.

Dokumentasi Kegiatan

Berangkat dari keprihatinan mendalam terhadap masa depan generasi muda, Mahasiswa Program Mahasiswa Mengabdi (PMM) Kelompok 05 dari Universitas Nahdlatul Ulama STAIS Pasuruan menggagas diskusi interaktif bertema “Pilih Pendidikan Bukan Pernikahan”. Acara ini bukan sekadar seminar biasa, melainkan sebuah forum terbuka yang mempertemukan seluruh elemen masyarakat—mulai dari Kepala Desa, perwakilan KUA, ibu-ibu PKK, Karang Taruna, hingga para pelajar yang menjadi subjek utama.

Semangat untuk melindungi masa depan anak-anak begitu terasa. Kepala Desa Jati Rejo dalam sambutannya memberikan wejangan tulus kepada para pelajar. 

“Fokuslah pada sekolah kalian. Gantungkan cita-cita setinggi langit, jadilah orang yang sukses dan membanggakan,” ujarnya, disambut tepuk tangan hadirin.


Pesan tersebut diperkuat oleh perwakilan KUA yang memaparkan landasan hukum dan kesehatan. Ia mengingatkan bahwa negara, melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019, telah menetapkan batas usia minimal menikah adalah 19 tahun.

“Aturan ini dibuat bukan untuk mempersulit, tapi untuk melindungi. Dari sisi kesehatan pun, usia reproduksi yang paling siap dan berkualitas untuk hamil berada di rentang 20 sampai 30 tahun. Ini adalah ikhtiar kita bersama untuk menciptakan generasi yang sehat,” ungkapnya.

Koordinator Desa PMM Kelompok 05, M. Ubaidillah Abdi, menggunakan analogi yang mudah dipahami untuk menjelaskan pentingnya kesiapan.

“Pernikahan itu ibadah yang sangat mulia, tapi ibarat membangun rumah, pondasinya harus kokoh,” tuturnya. “Tidak bisa asal jadi. Pondasi itu adalah kesiapan mental untuk menghadapi konflik, kesiapan ilmu untuk mendidik anak, kesiapan kesehatan, dan juga kesiapan ekonomi. Pendidikan adalah cara terbaik untuk membangun semua pondasi itu.”

Talkshow ini berhasil mengubah pola pikir, dari yang semula mungkin menganggap pernikahan dini sebagai solusi, menjadi sadar bahwa pendidikan adalah investasi terbaik. Deklarasi di akhir acara bukan hanya menjadi penutup seremonial, melainkan sebuah janji kolektif yang direkam dalam video sebagai pengingat komitmen bersama untuk mengawal masa depan anak-anak Desa Jatirejo menuju gerbang kesuksesan, bukan gerbang pernikahan dini.

Posting Komentar

0 Komentar