BOGOR, (Pena realitas) – Rengginang renyah buatan tangan Ibu Umi dan jamu herbal warisan Ibu Nira merupakan sebagian dari harta karun ekonomi yang tersembunyi di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang. Memiliki cita rasa otentik, namun potensi besar produk-produk ini belum tergali maksimal. Melihat hal tersebut, tim mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Universitas Djuanda turun tangan, mendampingi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk ‘naik kelas’ di era digital.
Mengusung tema “UMKM Kuat Desa Hebat,” perjalanan para mahasiswa ini dimulai dengan memetakan potensi lokal. Pada 22 Juli 2025, mereka mengunjungi usaha rengginang Ibu Umi, sebuah bisnis mandiri yang gigih bertahan di tengah gempuran jajanan modern. Tiga hari kemudian, pada 25 Juli 2025, tim melanjutkan observasi ke usaha jamu herbal tradisional milik Ibu Nira, yang tidak hanya menjual produk jamu bubuk dan cair, tetapi juga melestarikan warisan budaya melalui layanan terapi alternatif.
Dari hasil pengamatan mendalam terhadap dua UMKM tersebut serta beberapa usaha lain, para mahasiswa menemukan sebuah benang merah permasalahan. Meskipun memiliki kualitas produk yang mumpuni, para pelaku usaha menghadapi kendala serupa: kemasan yang kurang menarik untuk memikat pasar lebih luas, belum adanya legalitas usaha yang menjadi syarat kepercayaan konsumen, serta pemasaran yang masih sangat konvensional dan belum menyentuh platform digital.
Menjawab tantangan tersebut, puncak kegiatan digelar pada 30 Juli 2025. Bukan lagi sekadar survei, para mahasiswa menyelenggarakan sebuah ‘klinik digital’ yang menyasar langsung tiga UMKM sekaligus: Donat Gimbal, Rengginang Ibu Umi, dan Kacang Umpet. Sesi ini fokus pada aksi nyata untuk mentransformasi usaha mereka.
Ada tiga pilar utama digitalisasi yang diperkenalkan.
- Pertama, para pelaku usaha dibimbing untuk mendaftarkan dan mengklaim lokasi bisnis mereka di Google Maps. Langkah fundamental ini bertujuan agar keberadaan UMKM mereka mudah ditemukan oleh siapa saja, membuka gerbang bagi pelanggan baru.
- Kedua, pendampingan dalam menciptakan identitas visual. Mahasiswa membantu merancang logo usaha yang profesional dan menarik. Ini adalah langkah krusial dalam membangun citra merek (branding) agar produk mereka terlihat lebih meyakinkan dan konsisten di mata konsumen.
- Ketiga, membuka akses pasar tanpa batas. Para pemilik UMKM diajarkan secara langsung cara membuat akun dan mengelola toko daring di platform e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia.
Pelatihan ini mencakup cara mengunggah foto produk yang baik hingga teknik dasar promosi digital untuk menjangkau jutaan calon pembeli di seluruh Indonesia.
Upaya para mahasiswa ini tak berjalan sendiri. Dukungan penuh datang dari aparat pemerintah desa, termasuk Bapak Yatno dan Kak Reza, yang turut hadir memberikan motivasi kepada para pelaku UMKM. Kolaborasi antara mahasiswa, pelaku usaha, dan pemerintah desa ini menjadi bukti sinergi yang kuat untuk memajukan perekonomian lokal dari akarnya.
Bagi Universitas Djuanda, program ini adalah penegasan komitmen bahwa pendidikan tinggi harus memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Dengan membekali UMKM Desa Cijayanti alat untuk bersaing di era digital, diharapkan mereka tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh secara adaptif dan berkelanjutan, menjadi motor penggerak menuju desa yang mandiri dan sejahtera.
Penulis: (Kelompok 1, PkM Universitas Djuanda Bogor)
Editor: Erika Rahmadani
0 Komentar