Para mahasiswa berperan sebagai kakak pendamping yang dengan sabar membimbing satu per satu anak. Sesi belajar seringkali diselingi dengan permainan edukatif, tebak-tebakan, hingga membaca dongeng inspiratif untuk menjaga semangat anak-anak.
Wildan ainul qolbi ,Koordinator KKN Kelompok 38, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk mengubah persepsi bahwa belajar itu sulit dan membosankan.
“PBC ini lahir dari obrolan kami dengan warga dan melihat langsung kebutuhan adik-adik di sini. Kami ingin menciptakan ruang di mana belajar itu terasa seperti bermain,” ungkapnya pada Kamis (03/8/2025). “Tujuannya bukan hanya agar PR mereka selesai, tapi agar mereka kembali menemukan kegembiraan dalam proses belajar itu sendiri.”
Respon positif tidak hanya datang dari anak-anak, tetapi juga dari para orang tua yang merasa sangat terbantu. Banyak orang tua yang sibuk bekerja di ladang hingga sore hari, sehingga pendampingan belajar bagi anak-anak menjadi sebuah tantangan.
“Biasanya kalau disuruh kerjakan PR Matematika anak saya susah, tapi kalau di sini diajarin sama kakak-kakak KKN jadi lebih semangat. Pulang-pulang sudah selesai tugasnya,” ujar salah seorang ibu.
Pondok Belajar Cindogo menjadi bukti nyata bahwa pengabdian kepada masyarakat tidak harus selalu dalam bentuk program fisik yang besar. Melalui sentuhan personal, pendampingan yang tulus, dan penciptaan suasana belajar yang positif, mahasiswa KKN UIN KHAS Jember telah berhasil memberikan kontribusi yang bermakna bagi masa depan pendidikan anak-anak di Desa Cindogo.
Penulis: Rahmawati
Editor: Khusnun Najwa
0 Komentar