PENA REALITAS, PASURUAN– Suara gema zikir dan selawat dari Majelis Maulidurrasul SAW Al-Fitrah Surabaya menjadi latar perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-2 Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Pasuruan. Namun, di tengah euforia dan rasa syukur, sebuah kritik tajam justru datang dari pucuk pimpinan mahasiswa, Muhammad Ubaidillah Abdi, yang memilih momentum ini untuk menyuarakan kegelisahannya.
Presiden Mahasiswa (Presma) UNU Pasuruan tersebut secara terbuka menyatakan bahwa perayaan ini diiringi oleh "duka" dan keprihatinan mendalam atas kondisi internal kampus. Dalam sebuah refleksi yang kuat, Ubaidillah mempertanyakan esensi perayaan di saat hak-hak fundamental organisasi mahasiswa (ormawa) masih terkatung-katung.
"Perayaan macam apa yang bisa kita nikmati dengan sepenuh hati, jika pada saat yang sama, hak-hak fundamental organisasi mahasiswa masih menggantung tanpa kepastian, menyisakan hanya janji yang terasa basi?" ungkap Ubaidillah.
Menurutnya, selama hampir setahun memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), ia menjadi saksi langsung atas apa yang disebutnya sebagai "luka-luka demokrasi dan transparansi" di dalam almamaternya. Ia menyoroti sulitnya menagih janji-janji yang telah diberikan oleh pihak birokrasi kampus.
"Bagi saya pribadi, ini bukan sekadar masalah administrasi. Ini adalah soal marwah komitmen dan kepercayaan. Ini adalah ironi yang menyakitkan," tegasnya.
Meski menyadari pernyataannya mungkin dianggap tidak pantas di hari bahagia, Ubaidillah menegaskan bahwa kritiknya lahir dari rasa cinta yang besar. Ia menolak jika UNU Pasuruan tumbuh menjadi institusi yang megah secara seremonial, namun rapuh secara substansial di dalamnya.
"Saya tidak ingin UNU Pasuruan tumbuh menjadi menara gading yang megah di luar, namun rapuh di dalam," tambahnya.
Alih-alih larut dalam kemeriahan, sang Presma memaknai Harlah ke-2 ini sebagai mimbar untuk memanjatkan doa dan meneguhkan kembali komitmen perjuangannya. Ia berharap para pemangku kebijakan di universitas segera berbenah dan memperbaiki setiap sistem yang dianggap berbelit dan tidak adil.
"Perayaan ini adalah peneguhan kembali janji saya. Janji untuk terus berada di garda terdepan, mengawal setiap kebijakan, dan memperjuangkan hak-hak mahasiswa. Perjuangan kami adalah kado kami untukmu," pungkasnya, memberikan "kado" perlawanan di hari jadi almamaternya.
Editor : Anay
0 Komentar